Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 19 Januari 2014

KEDELAI SEBAGAI TAMBANG EMAS


        Kelangkaan serta melambungnya harga kedelai di Indonesia beberapa waktu yang lalu tentu membuat berbagai pihak menyayangkan hal tersebut. Hal itu diakibatkan oleh Negara agraris seperti Indonesia seharusnya tidak akan mengalami kelangkaan-kelangkaan hasil pertanian, baik kedelai sekalipun. Perlu dikaji kembali tentang faktor penghambat bagaimana produksi kedelai di indonesia terus mengalami penurunan, karena seharusnya negeri agraris yang kita miliki ini dapat menghasilkan kedelai dalam jumlah yang besar untuk memenuhi kebutuhan nasional. Tetapi untuk saat ini datangnya kedelai impor yang terus menerus bertambah dari waktu ke waktu tidak dapat dicegah lagi, karena permintaan para pengrajin tahu maupun tempe tidak diimbangi dengan hasil kedelai nasional. Menurut sumber dari beberapa media menyebutkan bahwa konsumsi kedelai setiap tahunnya mencapai 2,5 juta ton, sedangkan hasil kedelai nasional hanya berkisar 30% atau 800 ribu ton saja. Melihat fenomena yang terjadi, pemerintah mengambil langkah-langkah dengan membuka peluang impor kedelai dalam jumlah yang lebih besar dengan tujuan memenuhi pasokan kebutuhan para pengrajin tahu dan tempe pada umumnya sehingga produksi tahu dan tempe di kalangan masyarkat dapat terpenuhi. Membuka keran impor sebagai salah satu cara memenuhi pasokan kedelai dirasa belum dapat meredam harga kedelai yang sedang meroket. 
       Dugaan para pelaku pasar bahwa harga kedelai bisa saja ditentukan dan dikendalikan para importir dikarenakan pasokan yang tersedia berasal dari impor. Dengan membuka impor lebih besar tentu akan berdampak pula pada ketergantungan kita kepada kedelai impor, sehingga hasil dan usaha peningkatan kedelai nasional terabaikan. Menurut Aip Syarifuddin, Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) menuturkan bahwa lonjakan harga kedelai ini membuat hajat hidup 115.000 pengrajin tahu tempe dengan 1,5 juta pekerjanya terganggu. Karena itulah mereka menuntut pemerintah mengambil langkah agar harga kedelai distabilkan. Guna menstabilkan harga kedelai di dalam negeri tentunya jumlah produksi kedelai nasional pun harus meningkat, sehingga jumlah kebutuhan dapat dipenuhi dari produksi nasional. Dengan demikian tentu harga yang ada dipasaran tidak ditentukan oleh importir maupun Negara penghasil kedelai. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah dalam meningkatkan produksi kedelai nasional. Guna meningkatkan produksi kedelai nasional pemerintah diharapkan memperhatikan beberapa hal yaitu :  pemberian bantuan serta subsidi bibit kedelai unggul yang dapat diproduksi secara masal, pembinaan serta sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana bertanam kedelai dengan pola yang benar, penyediaan lahan pertanian dan pembatasan alih fungsi lahan pertanian, pengaturan dan penetapan harga beli petani (HBP) yang saling menguntungkan. Dengan adanya hal-hal tersebut serta diimbangi dengan produktivitas petani yang baik  maka peluang-peluang penyalahgunaan impor kedelai dapat dibatasi dan tidak hanya menstabilkan harga, tetapi memenuhi permintaan kedelai di pasaran.
       Adanya fenomena tentang kelangkaan dan melambungnya harga kedelai dapat membuka peluang bagi kalangan petani. Peluang besar ini harus segera disambut baik guna peningkatan kesejahteraan petani. Lahan-lahan pertanian yang ada di Indonesia tentu sangat cocok dengan pertumbuhan kedelai, sehingga dalam proses pembelajarannya tidaklah sulit. Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama pertumbuhan tanaman. Tanaman kedelai pun dapat tumbuh baik pada tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol atau andosol. Pada tanah yang kurang subur (miskin unsur hara) dan jenis tanah podsolik merah-kuning, hanya perlu diberi pupuk organik dan pengapuran saja. Secara keseluruhan pemaparan tersebut bahwa tanah di Indonesia tentunya sangat mendukung guna tumbuh kembang tanaman kedelai. Berdasarkan informasi yang didapat dari Kementerian Pertanian bahwa terdapat teknik dalam budidaya kedelai yaitu diantaranya:

1.       Persiapan Benih
Pengolahan lahan bias dimulai sebelum jatuh/datangnya hujan, agar mempermudah dalam proses selanjutnya. Tanah dapat diolah menggunakan bajak atau garu/cangkul hingga gembur. Untuk pengaturan air hujan perlu dibuat saluran drainase pada setiap 4 m di sekeliling petakan sedalam 30 cm dan lebar 25 cm. Kedelai sangat terganggu pertumbuhannya bila air tergenang.
2.       Perlakuan Benih
Untuk mencegah serangan hama lalat bibit, sebelum ditanam benih dapat dicampur Marshall dengan dosis 100 gram/5 kg benih. Benih dibasahi secukupnya lalu dibubuhi Marshall dan diaduk rata sebelum ditanam. 

3.       Penanaman
Dianjurkan menggunakan benih bersertifikat dengan kebutuhan benih sekitar 40 kg/ha. Penanaman benih dapat dilakukan dengan cara ditugal, jarak tanamnya yaitu  40 x 10 cm atau 40 x 15 cm sesuai kesuburan tanah, setiap lubang tanaman diisi dengan 2 butir benih lalu ditutup dengan tanah tipis-tipis. 
4.       Pemupukan
Dianjurkan menggunakan pupuk Urea 50 kg, TSP 100 kg dan KCl 50 kg/ha atau sesuai anjuran setempat. Seluruh jenis pupuk diberikan pada waktu bersamaan yaitu saat pengolahan tanah terakhir. Mula-mula Urea dan TSP dicampur lalu disebar merata, disusul penyebaran KCl kemudian diratakan dengan penggaruan. 
5.       Penyulaman
Benih yang tidak tumbuh segera disulam, dan sebaiknya memakai bibit dari varietas dan kelas yang sama. Penyulaman paling lambat pada saat tanaman berumur 1 minggu. 
6.       Penyiangan
Penyiangan dilakukan paling sedikit dua kali, karena di lahan kering gulma tumbuh dengan subur pada musim penghujan. Penyiangan I pada saat tanaman berumur 2 minggu, menggunakan cangkul. Penyiangan II bila tanaman sudah berbunga (kurang lebih umur 7 minggu), menggunakan arit atau gulma dicabut dengan tangan. 
7.       Pengendalian  Hama
Tidak kurang dari 100 jenis serangga dapat menyerang kedelai. Pengendalian di tingkat petani terutama di daerah sentra produksi sering menggunakan insektisida secara berlebihan tanpa memperdulikan populasi hama. Hal ini selain menambah biaya juga merusak lingkungan dan menimbulkan kematian serangga berguna. Untuk mengurangi frekuensi pemberian insektisida adalah dengan aplikasi insektida berdasarkan pemantauan hama. Insektisida hanya akan digunakan bila kerusakan yang disebabkan oleh hama diperkirakan akan menimbulkan kerugian secara ekonomi, yaitu setelah tercapainya ambang kendali. 
8.       Panen
Kedelai harus dipanen pada tingkat kemasakan biji yang tepat. Panen terlalu awal menyebabkan banyak biji keriput, panen terlalu akhir menyebabkan kehilangan hasil karena biji rontok. Ciri-ciri tanaman kedele siap panen adalah :
·       Daun telah menguning dan mudah rontok
·       Polong biji mengering dan berwarna kecoklatan
·       Panen yang benar dilakukan dengan cara menyabit batang dengan menggunakan sabit tajam dan tidak dianjurkan dengan mencabut batang bersama akar. Cara ini selain mengurangi kesuburan tanah juga tanah yang terbawa akan dapat mengotori biji. 

         Berdasarkan karakteristik topografinya, Kota Metro merupakan wilayah yang relatif datar dengan kemiringan <6°, tekstur tanah lempung dan liat berdebu, berstruktur granular serta jenis tanah podzolik merah kuning dan sedikit berpasir. Sedangkan secara geologis, wilayah Kota Metro di dominasi oleh batuan endapan gunung berapi. Pola penggunaan lahan di Kota Metro secara garis besar dikelompokan ke dalam 2 jenis penggunaan, yaitu lahan terbangun dan tidak terbangun. Lahan terbangun terdiri dari kawasan pemukiman, fasilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas perdagangan dan jasa, sedangkan lahan tidak terbangun terdiri dari persawahan, perladangan dan penggunaan lain-lain. Kawasan tidak terbangun di Kota Metro didominasi oleh persawahan dengan sistem irigasi teknis yang mencapai 2.982,15 hektar atau 43,38% dari luas total wilayah. Selebihnya adalah lahan kering pekarangan sebesar 1.198,68 hektar, tegalan 94,49 hektar dan sawah non irigasi sebesar 41,50 hektar (Wikipedia:2013). Melihat kondisi tersebut para petani yang ada di Kota Metro harus jeli mengambil langkah-langkah yang dapat memberikan keuntungan dalam pertaniannya. Kondisi yang memadai dan lingkunga pertanian yang menjanjikan menjadi prospek yang baik dalam peningkatan pemanfaatan lahan pertanian untuk budidaya kedelai.
Tidak hanya pemanfaatan lahan pertanian guna penganekaragaman tanaman, tetapi pemanfaatan lahan pekarangan ataupun lahan tidak produktif  juga dapat menjadi alternatif guna peningkatan hasil-hasil pertanian khususnya kacang kedelai. Perlu diketahui bahwa Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung telah melakukan sosialisasi Program Model Rumah Pangan Lestari (MKRPL) di Kota Metro. Program ini bertujuan agar  pemanfaatan lahan pekarangan yang ramah lingkungan dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dalam mengurangi belanja rumah tangga atau peningkatan pendapatan dari hasil pertanian, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejateraan melalui partisipasi anggota keluarga masyarakat. Jika diakumulasi satu rumah tangga dapat menghasilkan 100-500 Kg kacang kedelai/panen maka kebutuhan akan kedelai di Kota Metro akan terpenuhi. Selain itu BPTP Lampung juga menerapkan program Sekolah Lapang Pengolahan Tanaman Terpadu (SL-PTT) dengan tujuan mempercepat alih teknologi PTT dari peneliti kepada petani dan warga di Kota Metro. PTT adalah pendekatan dalam pengelolaan lahan, air, tanaman, organisme pengganggu tanaman (OPT), dan iklim secara terpadu dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas, pendapatan petani, dan kelestarian lingkungan. Dengan usaha-usaha tesebut diharapkan akan menjadikan Metro sebagai salah satu daerah penghasil kedelai selain hasil-hasil pertanian lainnya. Dampak lainpun tentunya dapat timbul, yaitu kesejahteraan masyarakat dengan adanya penghasilan dari bertanam/bertani kedelai.

Ardi Irphani (Litbang Bappeda Kota Metro)



 

Blogger news

Blogroll

About